Saya seorang wanita yang dipilihkan Alloh bersama wanita lainnya diluar sana yang senasib memiliki peran sama sebagai Ibu dengan anak laki-laki. Bisa juga senasib memiliki lingkaran kerja dengan dominasi laki-laki. Lalu mulai menemukan kesulitan seiring waktu dan bertanya-tanya bagaimana agar kita bisa memahami dan membesarkan anak laki-laki menjadi “great man”.
Terkadang saya merasa frustasi juga menghadapi mereka. Kalau dipikir-pikir mungkin dari masa kuliah juga saya beranggapan bahwa laki-laki itu kurang empatinya, kurang daya juangnya sebagai pencari nafkah kedepannya, yah mungkin karena saya pas ketemunya lingkaran laki-laki yang semodel itu. Hiks. Mungkin juga saya kebanyakan baca novel roman picisan, hahaha. Curiga juga bahwa novel-novel yang ditulis wanita, bisa jadi hasil dari rasa frustasinya dengan ekspektasi tinggi akan “bagaimana seharusnya laki-laki” bersikap. Heheh. jadi sering menimbulkan kontradiksi antara khayalan perempuan dan realitanya laki-laki. wkwkw
Tapi ada juga loh yang bertanggung jawabnya tinggi, tapi sulit berkomunikasi. Ada juga yang daya juang tinggi namun egoisnya luar biasa. Jujur saja, bagiku laki-laki masih menjadi misteri bagaimana berkomunikasi dan menanganinya. Namun sedikit demi sedikit mulailah harus diurai bagaimana agar tindakan kita mampu mengeluarkan karakter baik seorang laki-laki dengan berbagai macam bakatnya.
Baiklah kita mulai dari pendapat Ian Grant, dalam bukunya “Growing Great Boys” bahwa ada 3 hal yang vital orangtua untuk menolong anak laki-laki berkembang pesat (saya adaptasi dengan bahasa saya), yaitu:
- Security, tingkat aman anak laki-laki saat mereka merasa bahwa dirinya adalah bagian terpenting dari tim keluarga. Memberikan tugas atau proyek lalu merayakan tahapan pencapaian maupun kegagalan, menetapkan milstonenya, dan mendukung langkahnya menuju prestasi.
- Self-worth, harga diri hadir saat timbul rasa bahwa dirinya mengalami kemajuan. Jadi sekecil apapun progress, hargailah diri anak. Seringlah mendorongnya untuk mengambil keputusan. Dengan begitu seiring waktu akan bertemu dengan perasaan ber-progres. Berilah kata-kata dukungan seperti, “Ibu menyukai saat kamu berpikir untuk dirimu berkembang”, “Tidak apa-apa melakukan kesalahan-karena beginilah cara kita belajar”.
- Significance, meminta pendapat dan hargai opininya. Dengarkan dan memberi perspective dengan cara orang dewasa berpikir dan berbicara
Anak laki-laki perlu rasa memiliki. Mereka membutuhkan orang tua yang memiliki perasaan kuat tentang apa yang diperjuangkan
keluarga mereka dan yang cukup aman untuk mengambil tanggung jawab. Rasa akan tujuan yang mereka butuhkan untuk terlibat dalam pertemuan keluarga, aturan, moto dan pernyataan akan misi hidup . Penegasan mimpi terdalam mereka. Harapan yang tinggi dan tingkat dukungan yang tinggi dari orang tua mereka. Memiliki banyak peluang untuk kesenangan, petualangan, dan tantangan fisik.
Dan, saya pun mengatakan pada anak saya yang beranjak dewasa, mengapa penting hadir di agenda pekanan keluarga, semisal jalan-jalan dan ngobrol bareng sambil ngopi dan makan-makan. Itu semua tak sekedar mengenyangkan perut, atau sekedar jalan-jalan. Tapi lebih penting dari itu, adanya terjalin koneksi diri orangtua dan diri anak, untuk bersama menyatukan visi misi hidup. Kita pun butuh create memories dan mengawetkannya, bagaimana kita bersenang-senang bersama, mengorganisir kelompok kecil keluarga, saling memberi dukungan untuk menghasilkan karya sesuai minatnya, dan bukan untuk berkompetisi. Kita pun perlu diskusi lepas, untuk menemukan mimpi dan harapan kita terdalam untuk peran apa kita di kemudian hari.