Jika Episode terakhir biasanya adalah penyelesaian sebuah cerita, bahagiakah, sedihkan, puaskah, setelah melewati banyak episode. Ini langkah awal kami membuktikan pada diri kami sendiri untuk tidak puas, saatnya berbagi dan berdampak. Pekejaan masih berat. Karena orang-orang di team kami dalam kesehariannya berlatih seni bertahan dan memiliki kepedulian di lingkungan. Meski tidak semua bersentuhan dengan sampah langsung tapi kami sadari ini bermuara pada bagaimana kita memperlakukan sesuatu yang “remeh”, yang tersisih dan ga sering diingat di kehidupan, yakni sampah dari kehidupan kita.
Jika kita menganggap itu sampah dalam artian berakhir di pembuangan, maka ya demikian adanya, namun jika kita perlakukan seperti sahabat, yang kita “sayang” meski tak diumumkan, meski tak tampak, maka sampah akan menjadi bernilai. Bener adanya bahwa Alloh SWT, Tuhan semesta ini penuh perhitungan untuk menciptakan sesuatu dan dampak dari ciptaannya, semua bernilai. Maka saya yakin diri kita juga bernilai jika kita mengembangkan nilai, makna, menggali terus di diri kita dan dampak dari kehidupan yang tersisa. Jangan ada “sampah” agar kita hidup lebih ringan, lebih penuh rasa dan memang membutuhkan kemampuan survive yang panjang. Survive memperbaharui komitmen, pandangan hidup dan latihan terus menerus.
Kembali ke perkuliahan, ada pertanyaan apakah saya berhak lulus di Bunda Salihah? Meski saya menjawab tidak lantang karena ini semacam menyambungkan theory dan dunia nyata. Lulus secara saya membuat jurnal terkadang dengan kebingungan. Kalau mendengar Live materi Bu Septi saya merasa “mudah-mudah” saja lalu pada saat saya kembali melihat ke dalam Grup, saya melayang, maksudnya terkadang blank. Adakalanya bukan seperti ini yang kita inginkan namun hanya bisa ada di kepala tak mudah diungkapkan. Well memang ini tidak mudah memahami banyak theory yang berkembang di perkuliahan Ibu Pembaharu, tak bisa gerak cepat karena harus bersinergi dan berkolaborasi sehingga terkadang saling tunggu menunggu komando.
Lagi-lagi bertanya-tanya apakah saya pantas lulus? Meski tak tercapai target diakhir episode saya berusaha lakukan terbaik mereview perjalan team dan diri saya. Saya berlatih terus menerus meski bukan branding yang saya bangun saya berusaha di setiap harinya, untuk menjadikan kebiasaan baik mendarah daging. Ini pekerjaan otot dan pikiran agar memiliki keutuhan gaya hidup dari segala aspek yang sustainability, hingga mampu menjadi thrive. Kuat memegang sistem sustainaility kehidupannya. Oke saya belum sukses dan tak sempurna. Ibarat bukan murid yang terlihat secara akademik namun saya tidak meragukan kreativitas saya jika saya mengatakan, “yes”.
Bukan orang yang suka ikut aturan tapi senang membuat versi ala saya sendiri, bukanpula theoritis tapi mampu berpikir. Untuk kali ini saya pantas lulus, karena saya komitmen di kehidupan nyata. Merencanakan teru menerus untuk berdampak meski di bidang sampah saya masih berjuang. Semoga sahabatsampah.id ini menjadi langkah awal dan kebersamaan. Yang kami butuhkan kedekatan hati dan bergerak mencontohkan terus menerus. Salut untuk semua anggota team yang masih bertahan meski bertiga saja.
Terus berkembang, tidak apa-apa kita merasa belum maksimal, kita sudah cukup berusaha dan sudah berlatih kehidupan nyata. Semangat terus melanjutkan, semoga ada jalan terang diujung sana.
ini adalah video perjalanan saya :
https://youtu.be/iS52JNFdSVM
Ini adalah video Team:
https://youtu.be/QLCkOQUOfkM
Going to Thriving Life is Process,
Love